Sunday, December 21, 2008

Pesantren Development through the eyes of Greiner

Pernah dengar adagium dalam dunia pesantren yang menyatakan bahwa biasanya Kiai membawa mati pondoknya? Adagium ini mengacu banyaknya kasus Pondok Pesantren yang mati seiring dengan kematian Kiai pendiri.

Tulisan ini mencoba mengupas kenapa banyak Pesantren- terutama yang dikelola secara tradisional- gagal melewati masa-masa kritis di dalam perkembangannya melalui kacamata Management.

Phases of Growth model yang dikemukakan L.E.Greiner melalui tulisannya “Evolution and revolution as organizational growth”, (1972) mungkin bisa membantu menjelaskan bagaimana perkembangan sebuah organisasi dan lazim dipakai didalam menganalisa tipikal masalah yang dihadapi oleh bermacam organisasi, termasuk didalamnya Pondok Pesantren.

Model yang dikembangkan Greiner membagi perkembangan organisasi menadi beberapa tahapan -layaknya pertumbuhan seorang anak- dan mendeskripsikan tipikal permasalahan yang biasanya terjadi di tiap tahapan.

Dalam model seperti dibawah ini, ukuran perkembangan organisasi di kaitkan pada dua ukuran; size and age. Besar kecil organisasi dan lamanya beroperasi.





Tahap pertama

Tahap pertama adalah ketika ukuran organisasi masih kecil dan bahkan berada dalam tahap embrio. Pada tahap awal perkembangan organisasi ini, biasanya tidak banyak sumber daya (resources) yang terlibat. Modal finansial, manusia dan asset yang terlibat masih terbatas. Ukuran organisasi belum terlalu besar sehingga permasalahan yang ada masih belum terlalu komplek.

Dalam tahap awal ini, krisis yang biasanya terjadi berkaitan dengan kualitas kepemimpinan atau leadership. Kepemimpinan adalah konsep yang luas, tetapi ada perbedaan mendasar dari leader dan manager. Leaders doing the right thing while Managers doing things right.

Lalu, kualitas manajerial apa yang paling berperan dan dibutuhkan untuk melewati tahap ini?

Greiner berpendapat bahwa untuk bisa berkembang, kualitas yang paling dibutuhkan dalam tahap awal ini adalah kreatifitas. Konsep yang baik. Ide. Dalam dunia pesantren, konsep dan blueprint perjuangan melalui pendidikan Islam.

Dalam dunia bisnis, di tahapan inilah para truly entrepreneur and truly leader berperan. Ide bisnis bisa sangat berharga dan bisa dijual ke para investor, banking dan business angels. Business plan is the most crucial thing in this stage.

Bisa dibilang, inilah yang menjadi era favorit bagi para entrepreneur atau dalam dunia pesantren, Kiai. Kenapa?. Menurut penulis, inilah tahap yang juga lekat dengan tahap entrepreneurship. Tahap wirausaha yang membutuhkan kualitas kepemimpinan dan kewirausahaan yang berkaitan erat dengan kreatifitas dan ide

Dalam tahap ini, sang entreprenur atau sang Kiai dituntut memiliki kualitas kepemimpinan yang tinggi. Bekerja dengan sumber daya yang terbatas, menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat, mendidik organisasi untuk terus belajar dan selalu mencari jalan keluar yang kreatif dalam menyelesaikan tantangan yang ada hanyalah sebagian tugasnya.

Berat memang, tapi dilain pihak inilah saatnya sang entreprenur atau sang Kiai menikmati saat-saat mempunyai kendali penuh atas organisasi yang didirikannya. Skala organisasi yang masih kecil memungkinkan untuk dipegang oleh hanya segelintir orang dengan pola sentralistik. Begitupun dengan pola komunikasi dan pengambilan keputusan yang tersentralistik di Kiai.

Dalam kasus Pesantren Darunnajah, tahap-tahap ini berada pada awal rintisan tahun 70-an. Pesantren Darunnajah dirintis oleh seseorang yang memiliki ide dikepalanya, Kiai Haji Abdul Manaf. Blueprint perjuangan dan konsep pendidikan ada di memorinya. Pada perkembangannya, operasionalnya diserahkan kepada managing director sekaligus mantunya, Ust Mahrus muda. Kiai sebagai leader-lah yang mempunyai visi kemana organisasi akan menuju.

Pada awal-awal perkembangannya sekitar tahun 1974 dan setelahnya, tanah seluas 6 hektar pun mayoritas hanya terisi oleh pohon jinjing. Bangunan pun bertambah sedikit demi sedikit dan bukan simsalabim menjadi gedung nan megah seperti sekolah-sekolah elit nan mahal yang akhir-akhir ini banyak bermunculan. Modal pun hanya terdiri dari tanah kosong dan harta pribadi, termasuk cincin kawin atau mesin jahit sang istri.

(to be continued)