"Arrohatu fil jannah", waktu istirahat adanya di Surga, kira-kira begitulah artinya ungkapan yang kudengar dari salah satu kawanku, Fatori.
Terhenyak aku mendengarnya.
Simpel, namun dalam.
Penuh pergerakan.
Perjuangan.
Effektif.
Ntah dari mana dia mendengar ungkapan itu, perkiraan awalku, ia mungkin mendengarnya dari para Mujahid di Poso sana tempat ia sempat mengabdi, tapi setelah ku confirm, ternyata ungkapan itu berasal dari salah satu putra terbaik Gontor yang wafat tidak lama setelah beliau mengucapkan kata-kata tersebut, Ust Ali Zyarkowi. Barisan mujahid Gontor yang masyhur akan kecerdasan dan kegigihannya didalam mengabdi.
Kata-kata itu pula yang spontan terucap fajar tadi ketika aku berpaspasan dengan Kiai Mahrus saat berjalan menuju masjid.
"Cape ded?" tanyanya.
Mungkin ia tahu aku baru saja terlibat dua perhelatan besar, Silatnas Gontor di JCC dan Rangkaian 35 tahun Darunnajah yang lumayan bikin pusing karena keduanya mentargetkan kedatangan SBY.
"Arrohatu fil Jannah.." spontan aku menjawab.
Ntah apa yang kupikirkan saat itu, tapi mungkin karena sampai saat ini masih ingin terus berkarya di kehidupan ini, dan bukan beristirahat di Surga, itupun kalau masuk surga.
Sunday, November 30, 2008
Friday, November 21, 2008
Progress Report Edukasia
Majalah Edukasia adalah sebuah bidang usaha milik Pesantren Darunnajah, yang artinya Ummat Islam secara keseluruhan merupakan stakeholder. Sebagai penanggung jawab Edukasia, kami merasa perlu melaporkan perjalanan bisnis majalah Parenting Keluarga Muslim yang telah mencapai edisi ke 3 (cover diatas) kepada masyarakat umum.
I.PROGRESS REPORT EDUKASIA
Distribusi
Selain didistribusikan untuk keluarga Darunnajah seperti wali Santri Darunnajah Group, Edukasia juga telah rutin dengan mudah didapatkan di toko-toko buku terkemuka seperti Gramedia, Gunung Agung, Gedung2 Perkantoran di Jakarta, hotel2, Bandara, beberapa Kampus2 Universitas, Jaringan Supermarket seperti Giant, Hero, Yogya, Superindo baik di Jakarta maupun diluar Jakarta (sementara paling jauh di Bandung, Purwakarta, Cilegon, Indramayu). Terimakasih kepada MM Distribusindo (Andi Junaidi) yang telah membantu semua ini terwujud.
Sedang diusahakan rak majalah Edukasia yang akan disebar ke berbagai Koperasi Sekolah, termasuk tentunya Darunnajah Group dan pondok binaan.
Pemasukan
Jumlah eksemplar Edisi Pertama (September) baru akan diketahui seluruhnya berbarengan dengan distribusi edisi ke-3. Tetapi, sebagai gambaran kasar, sekitar 20% dari majalah yang tersebar laku terjual. Ini mengejutkan kami mengingat Edukasia di luncurkan tanpa promosi yang menunjang.
Jumlah pelanggan belum banyak, baru mencapai sekitar 20 orang, dan ini disebabkan bukan tidak ada yang ingin berlangganan, tetapi lebih kepada ketidaksiapan tim sirkulasi.
Namun, disatu sisi, mulai edisi ke 2, beberapa slot Iklan di Edukasia telah terjual. Ini melebihi target kami yang hanya berharap pengiklan baru akan hadir setelah paling cepat edisi ke 6.
Tak hanya itu, yang lebih menambah keyakinan kami bahwa we're on the right track adalah penawaran dari salah satu tokoh nasional yang berniat menanam saham di Edukasia. Alhamdulillah.
Redaksi
Alhamdulillah pula dalam edisi November ini ada rubrik Dunia Pesantren yang akan mengangkat nilai-nilai dan sistem kependidikan di dunia pesantren pada umum-nya. Insya Allah rubrik ini didukung pula oleh Pekapontren (bpk Amin Haedari) dan sedang menuju kerjasama pembelian Edukasia oleh Depag yang diprakarsai oleh KH Mahrus Amin.
Rubrik tanya jawab juga semakin semarak ditambah kehadiran Ust Sofwan Manaf sebagai expert di bidang Pendidikan Pesantren.
Kabar gembira yang lain adalah bahwa salah satu alumni terbaik kita, Ustadz Arifin Ilham telah menyatakan secara langsung kepada kami pribadi di kediaman beliau di Depok, bahwa beliau bersedia mengasuh rubrik Do'a di Majalah ummat ini. Kiranya dukungan beliau sebagai Alumni Darunnajah merupakan berkah yang tak terhingga dan akan sangat berarti untuk melanjutkan perjuangan untuk pendidikan Islam melalui media cetak ini.
Terlebih, salah satu alumni Darunnajah yang berkecimpung di bidang fotografi (freelance Kantor berita Antara) siap membantu meningkatkan kualitas tampilan dari Majalah kita ini. Alhamdulillah. Kamipun mengundang keluarga besar untuk senantiasa menyuport dari segala segi.
II. PROGRAM JANGKA PENDEK
Maksimalisasi Iklan
Program yang akan dijalankan kedepan insya Allah yang menjadi prioritas adalah menggali potensi iklan yang belum banyak tergarap. Untuk itu kami mengundang keluarga besar Darunnajah, terutama yang mempunyai akses ke corporate2 yang siap untuk beriklan- untuk turut aktif memberi masukan informasi yang bermanfaat di bidang Advertising ini, sehingga Edukasia bisa berdiri mandiri secepatnya. Insya Allah tersedia kompensasi atas bantuan professional tersebut.
Musyawarah Kerja Edukasia
Musyawarah kerja akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Beberapa target yang ingin dicapai adalah: Struktur Organisasi, Standard Operational Procedure, Job Description, Program kerja masing-masing bagian. Seluruhnya diharapkan bisa membentuk system kerja yang lebih jelas.
Focus Group Discussion;
Disamping itu, insya Allah kami akan segera membuat semacam "Focus Group Discussion" yang akan menjadi ajang kritik dan masukan majalah Edukasia. Kami berharap saudara- kawan yang concern pada dunia jurnalistik dan pendidikan untuk bisa terlibat agar kami bisa senantiasa memperbaiki diri.
III. KETERBATASAN
Promosi Gerilya
Meskipun begitu, dengan keterbatasan anggaran, kami belum mampu banyak berpromosi secara besar2an. Untuk itu, sementara kami memilih untuk berpromosi dengan cara bergerilya karena kami percaya bahwa marketing lisan (dari mulut kemulut) juga merupakan cara yang effektif untuk berpromosi. Leaflet2 tentang Edukasia akan disebarkan diberbagai titik terutama yang berada dalam network MM Distribusindo.
Kami pun aktif mengajak keluarga besar Darunnajah (asatidz, alumni, walisantri serta seluruh kalangan umum, yang memiliki kantong2 komunitas yang sesuai dengan segment majalah ini (Orangtua yang memiliki anak Remaja) untuk turut serta mempromosikan majalah yang penting untuk pendidikan keluarga ini. Kami telah membuat format kerjasama (terlampir di attachment) yang insya Allah bisa menambah pemasukan finansial sekaligus beribadah membantu bidang usaha pesantren.
Thursday, November 20, 2008
Dunia Blog di Pesantren; sebuah catatan
Mungkin ini salah satu bukti internet menjadi pesaing kuat Televisi sebagai media paling berpengaruh. Jangkauan jejaring maya memang tidak kenal lelah mewarnai pola berkomunikasi.
Lihat saja, jauh di tengah kebun sawit di Pesantren Annakhil, Muko-muko, 5 jam perjalanan dari kota Bengkulu, satu jam dari jalan aspal terdekat, Ustadz Sifrul sibuk mengutak-atik laptopnya karena harus mengupdate laporan perkembangan pendidikan di lembaga yang baru memiliki 50 orang santri itu. Laporan itu harus dikemas didalam bentuk berita di webblog yang ia buat beberapa bulan yang lalu.
Keringat bercucuran bukan karena lelah mengajar, tetapi karena ia sedikit panik, sebentar lagi genset satu-satunya yang menjadi sumber pasokan listrik itu akan kehabisan solar, padahal, pihak pusat sudah wanti-wanti laporan harus segera diupload karena akan dilaporkan kepada pihak Yayasan.
Pondok Pesantren, lembaga pendidikan berbasis agama Islam yang tumbuh dan besar di Indonesia, mulanya dikenal sebagai institusi yang terkesan tertutup. Penulis sempat berdiskusi dengan beberapa personil dari Komite Perlindungan Anak yang intinya mengeluhkan kesulitannya mendapat akses masuk ke dunia pendidikan pesantren.
Banyak hal yang menyebabkan kenapa Pesantren terkesan menutup diri. Mulai dari gaya hidup ‘uzlah’ yang dipilih, pendidikan ala protective boarding school yang sengaja dibentuk, atau bahkan karena ada jarak antara dunia pesantren yang kental dengan independensi dan kewirausahaan dengan pihak yang berkuasa (pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan)
Namun, itu cerita lama, Pesantren kini mulai membuka dirinya.
Beberapa Ustadz yang saya kenal kini memiliki setidaknya email, sebagai media berkomunikasi. Di beberapa pesantren modern, terutama yang berada di perkotaan, seperti Darunnajah, malah menganjurkan para asatidznya, untuk memiliki ‘kapling’ di dunia maya. Setidaknya yang gratisan, seperti Blog.
Macam-macam respondnya. Ada yang kebingungan, kebanyakan mereka yang sudah senior dan agak gagap teknologi. Namun ada pula yang menyambut antusias. Apalagi setelah mereka tahu manfaatnya.
Selain dianggap bisa jadi ajang latihan menulis atau sharing, menurut para ustadz, blog bisa dijadikan bukti untuk meningkatkan point sertifikasi. Belum lagi kalau blog mereka rajin dikunjungi oleh pembaca, bisa menambah penghasilan mereka lewat fungsi advertisingnya.
Pihak pembuat kebijakan di Pesantren pun antusias mendorong program ini. Selain bisa menjadi ajang latihan meningkatkan kualitas tadi, Pesantren pun bisa lebih mudah di akses oleh banyak pihak, terutama mereka yang ingin lebih tahu dunia pesantren.
Maklum, macam-macam isinya blog ustadz itu. Ada yang jadi tempat memarkir soal-jawaban dan kisi-kisi pelajarannya. Ada pula yang jadi diary para ustadz yang tentunya menarik dibaca oleh para santrinya karena bisa melihat sisi kemanusiaan dari para ustadznya yang notabene terdapat gap di keseharian mereka.
Tak jarang beberapa ustadz yang kritis menggunakan blog sebagai ajang menyampaikan kritikan mereka.
Pengasuh pesantren pun harus mulai merubah sikap dan tradisi mereka. Tidak ada lagi budaya Kyai selalu benar dan bersih dari kritikan. Akuntabilitas pengelolaan pesantren pun menjadi komoditas yang harus siap di sharing dengan para stake holders. Hal ini terutama terjadi di beberapa Pesantren yang menerapkan manajemen modern dalam pengelolaannya, seperti Darunnajah contohnya.
Sepertinya, halangan terbesar dari budaya modern, termasuk keterbukaan dan kebebasan Informasi adalah budaya tradisional pesantren itu sendiri. Benturan budaya inilah yang menjadi tantangan dunia pesantren itu sendiri. Sampai mana batas-batas kebebasan menyampaikan informasi? Bagaimana menggabungkan budaya uwuh pakewuh yang kental di dunia pesantren dengan budaya blogging yang mengagungkan kebebasan berpendapat? Sejauh mana batas-batas privasi yang bisa di akses oleh publik?
Terlepas dari itu semua, internet dan blogging bisa menjadi alternatif yang menarik untuk bisa menjawab tantangan Pondok Pesantren.
Blogging bisa menjadi pilihan menarik untuk dalam hal keterbukaan sehingga tidak saja menghilangkan tuduhan miring dan kecurigaan yang tidak beralasan dari beberapa pihak, terutama terkait dengan isu terorisme.
Blogging pun bisa menjadi tools of education yang efektif, terutama dalam mengembangkan kualitas pendidik dan juga anak didik. Seperti yang kita tahu, internet dan tetek bengeknya adalah hal yang lazim diketahui oleh generasi kedepan untuk bisa bersaing. Dan blogging adalah salah satu tools yang paling menarik karena bisa melatih kemampuan menulis, berfikir kritis, berargumentasi dan bersikap terbuka.
Lebih jauh, blogging, jika diseriuskan, bisa menjadi lumbung penghasilan tambahan untuk para asatidz, guru, pendidik maupun santri dengan hanya bermodalkan sedikit sentuhan kreativitas. Dan tentunya, ini secara tidak langsung akan membantu dunia pendidikan secara keseluruhan, tidak terkecuali Pesantren dan meringankan beban pemerintah.
Apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberi kesempatan yang sama dengan dunia pendidikan umum kepada dunia pesantren didalam meningkatkan kemampuan mengelola Teknologi Informasi sehingga keterbukaan menjadi hal yang lazim di lingkungan itu.
Kunjungan Tony Blair ke Darunnajah, Condoliza Rice, Perdana Menteri Holland, Pangeran Charles ke Krapyak dan masih banyak lagi yang menjadi bukti bahwa informasi tentang dunia pesantren masih jauh dari cukup sehingga mereka merasa perlu untuk menyaksikan langsung ke Indonesia.
Kirana Qurani 1st Milad
Investor Akhirat
Bayangkan anda memiliki 5 hektar tanah di bilangan Jakarta. Ya. LIMA hektar tanah DI Jakarta.
Kira-kira, apa yang anda lakukan dengannya?
Bangun Real estate? Kota mandiri? Mall? Kerjasama dengan developer? Jual saja dan beli rumah di kawasan elite Singapore? Atau bagi-bagi sajalah ke anak cucu jika anda seorang betawi.
Bisa dipastikan apapun pilihannya, pastinya yang paling menguntungkan untuk anda dan keberlangsungan hidup keluarga anda. Setuju?
Adakah kira-kira ‘orang bodoh’ yang menyerahkannya dengan cuma-cuma kepada pihak lain? Hmm. Di dunia materialistis ini, kecil sekali kemungkinannya.
Tapi saya beruntung pernah kenal dengan orang yang melakukannya.
Really? Menyerahkan 5 hektar tanah di Jakarta secara cuma-cuma?! He must be crazy. Konslet otaknya.!
Tidak, dia tidak gila dan melakukannya dengan penuh kesadaran di depan Notaris. Meski sang notaris dengan penuh kebingungan sempat bertanya akan kesehatan mentalnya sebelum si empunya tanah menandatangani ikrarnya untuk melepas hak kepemilikannya terhadap sebidang tanah seluas 5 hektar di Jakarta.
Dan ‘orang bodoh’ itu, K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, wakif Pesantren Darunnajah, menjawab dengan tegas bahwa memang itulah keputusan yang sejak lama ia inginkan. Ia ingin mewakafkan tanah bangunan, beserta seluruh isinya yang ada di bilangan Ulujami Jakarta Selatan seluas 5 hektar, supaya anak cucunya kelak sepeninggalnya, tidak bertengkar memperebutkan harta benda yang ia tinggalkan. Harta benda yang ia berikan secara cuma-cuma itu akan ia bawa ke akhirat sebagai ‘investasi’.
What the…?? Apa sebenarnya yang dilakukan orang itu? Pola investasi macam apa yang ia terapkan? Penjelasan apa yang bisa menerangkan perbuatannya? Oh, Kiyosaki, please help me.
Dalam buku best sellernya, Rich Dad Poor Dad, Robert T Kiyosaki membagi ada 4 kuadrant manusia dalam hal menghasilkan penghasilan.
Kuadrant kiri adalah mereka yang bekerja untuk menghasilkan uang. Sedang mereka yang ada di kuadrant kanan adalah mereka yang telah berhasil membuat uang bekerja sendiri untuk mereka. Work smartly. Investor adalah puncak dari definisi Rich.
Tapi, Kiyosaki tidak pernah menyentuh golongan kelima, golongan yang saya menyebutnya dengan ‘Investor Akhirat’. Investor yang tidak hanya menghasilkan sesuatu yang bernilai materi di dunia, tapi juga immaterial reward someday. Pahala, jaza, istilah orang berjenggot.
Terbukti memang, tindakan melepas hak kepemilikan tadi, atau dalam istilah agama Islam, mewakafkan, menggerakkan sesuatu yang dalam istilah orang beradab ‘law of attraction’. Jika anda memberi, sebenarnya anda tidak kehilangan apapun. Justru tindakan memberi akan menarik hal-hal lain menuju diri anda. Istilah Ustadz Yusuf Manshur; kalo ente mo kaya, perbanyak Sodaqoh ya akhi.
Keikhlasannya melepas hak kepemilikannya menggugah dan menginspirasi banyak pihak. Ya. Inspirasi. Kualitas yang paling dibutuhkan oleh seorang pemimpin, tetapi ironisnya- menurut survey di USA, paling susah ditemukan. To inspire sehingga bisa menggerakkan akal fikiran dan tindakan.
Saya pribadi menyaksikan langsung bagaimana keikhlasan dan kesungguhan hati beliau dalam mewakafkan hartanya dan melepas hak kepemilikannya.
Contoh kecilnya, suatu hari, beliau complain ke bagian keuangan Pesantren Darunnajah karena mendapati tagihan listriknya telah dibayarkan oleh bagian keuangan Pondok. Jangan pernah sekali-kali membayarkan tagihan listrik pribadi saya dengan uang pondok, pintanya. Subhanallah. Beliau tidak rela tagihan listriknya yang tidak lebih dari ratusan ribu rupiah dibayarkan oleh, Pesantren yang telah dibangun dari harta bendanya.
Walhasil. Donasi, bantuan tenaga, fikiran, finansial atau yang lebih penting yaitu apa yang diharapkan oleh wakif- do’a- seakan mengalir deras tak berhenti mensupport perkembangan Pesantren Darunnajah. Subhanallah.
Ada tiga amalan yang tidak akan terputus ketika seseorang meninggal dunia; ilmu yang bermanfaat, sodaqoh yang mengalir dan anak sholeh yang senantiasa mendo’akan.
Ketiga amalan itulah yang ditargetkan oleh wakif tadi, KH.Abdul Manaf Mukhayyar sebagai investasi akhirat. Investasi yang tidak akan berhenti selama Darunnajah masih memberi manfaat dan inspirasi untuk masyarakat.
Semoga keihlasan beliau tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus dan investasi yang beliau tanam akan terus berbuah.
Selamat ulang tahun yang ke-35 tahun Darunnajah.
Al-fatihah lahuma.
KH.Abdul Manaf Mukhayyar dan Hj.Soraya
Kira-kira, apa yang anda lakukan dengannya?
Bangun Real estate? Kota mandiri? Mall? Kerjasama dengan developer? Jual saja dan beli rumah di kawasan elite Singapore? Atau bagi-bagi sajalah ke anak cucu jika anda seorang betawi.
Bisa dipastikan apapun pilihannya, pastinya yang paling menguntungkan untuk anda dan keberlangsungan hidup keluarga anda. Setuju?
Adakah kira-kira ‘orang bodoh’ yang menyerahkannya dengan cuma-cuma kepada pihak lain? Hmm. Di dunia materialistis ini, kecil sekali kemungkinannya.
Tapi saya beruntung pernah kenal dengan orang yang melakukannya.
Really? Menyerahkan 5 hektar tanah di Jakarta secara cuma-cuma?! He must be crazy. Konslet otaknya.!
Tidak, dia tidak gila dan melakukannya dengan penuh kesadaran di depan Notaris. Meski sang notaris dengan penuh kebingungan sempat bertanya akan kesehatan mentalnya sebelum si empunya tanah menandatangani ikrarnya untuk melepas hak kepemilikannya terhadap sebidang tanah seluas 5 hektar di Jakarta.
Dan ‘orang bodoh’ itu, K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, wakif Pesantren Darunnajah, menjawab dengan tegas bahwa memang itulah keputusan yang sejak lama ia inginkan. Ia ingin mewakafkan tanah bangunan, beserta seluruh isinya yang ada di bilangan Ulujami Jakarta Selatan seluas 5 hektar, supaya anak cucunya kelak sepeninggalnya, tidak bertengkar memperebutkan harta benda yang ia tinggalkan. Harta benda yang ia berikan secara cuma-cuma itu akan ia bawa ke akhirat sebagai ‘investasi’.
What the…?? Apa sebenarnya yang dilakukan orang itu? Pola investasi macam apa yang ia terapkan? Penjelasan apa yang bisa menerangkan perbuatannya? Oh, Kiyosaki, please help me.
Dalam buku best sellernya, Rich Dad Poor Dad, Robert T Kiyosaki membagi ada 4 kuadrant manusia dalam hal menghasilkan penghasilan.
Kuadrant kiri adalah mereka yang bekerja untuk menghasilkan uang. Sedang mereka yang ada di kuadrant kanan adalah mereka yang telah berhasil membuat uang bekerja sendiri untuk mereka. Work smartly. Investor adalah puncak dari definisi Rich.
Tapi, Kiyosaki tidak pernah menyentuh golongan kelima, golongan yang saya menyebutnya dengan ‘Investor Akhirat’. Investor yang tidak hanya menghasilkan sesuatu yang bernilai materi di dunia, tapi juga immaterial reward someday. Pahala, jaza, istilah orang berjenggot.
Terbukti memang, tindakan melepas hak kepemilikan tadi, atau dalam istilah agama Islam, mewakafkan, menggerakkan sesuatu yang dalam istilah orang beradab ‘law of attraction’. Jika anda memberi, sebenarnya anda tidak kehilangan apapun. Justru tindakan memberi akan menarik hal-hal lain menuju diri anda. Istilah Ustadz Yusuf Manshur; kalo ente mo kaya, perbanyak Sodaqoh ya akhi.
Keikhlasannya melepas hak kepemilikannya menggugah dan menginspirasi banyak pihak. Ya. Inspirasi. Kualitas yang paling dibutuhkan oleh seorang pemimpin, tetapi ironisnya- menurut survey di USA, paling susah ditemukan. To inspire sehingga bisa menggerakkan akal fikiran dan tindakan.
Saya pribadi menyaksikan langsung bagaimana keikhlasan dan kesungguhan hati beliau dalam mewakafkan hartanya dan melepas hak kepemilikannya.
Contoh kecilnya, suatu hari, beliau complain ke bagian keuangan Pesantren Darunnajah karena mendapati tagihan listriknya telah dibayarkan oleh bagian keuangan Pondok. Jangan pernah sekali-kali membayarkan tagihan listrik pribadi saya dengan uang pondok, pintanya. Subhanallah. Beliau tidak rela tagihan listriknya yang tidak lebih dari ratusan ribu rupiah dibayarkan oleh, Pesantren yang telah dibangun dari harta bendanya.
Walhasil. Donasi, bantuan tenaga, fikiran, finansial atau yang lebih penting yaitu apa yang diharapkan oleh wakif- do’a- seakan mengalir deras tak berhenti mensupport perkembangan Pesantren Darunnajah. Subhanallah.
Ada tiga amalan yang tidak akan terputus ketika seseorang meninggal dunia; ilmu yang bermanfaat, sodaqoh yang mengalir dan anak sholeh yang senantiasa mendo’akan.
Ketiga amalan itulah yang ditargetkan oleh wakif tadi, KH.Abdul Manaf Mukhayyar sebagai investasi akhirat. Investasi yang tidak akan berhenti selama Darunnajah masih memberi manfaat dan inspirasi untuk masyarakat.
Semoga keihlasan beliau tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus dan investasi yang beliau tanam akan terus berbuah.
Selamat ulang tahun yang ke-35 tahun Darunnajah.
Al-fatihah lahuma.
KH.Abdul Manaf Mukhayyar dan Hj.Soraya
Sunday, November 16, 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)