Bayangkan anda memiliki 5 hektar tanah di bilangan Jakarta. Ya. LIMA hektar tanah DI Jakarta.
Kira-kira, apa yang anda lakukan dengannya?
Bangun Real estate? Kota mandiri? Mall? Kerjasama dengan developer? Jual saja dan beli rumah di kawasan elite Singapore? Atau bagi-bagi sajalah ke anak cucu jika anda seorang betawi.
Bisa dipastikan apapun pilihannya, pastinya yang paling menguntungkan untuk anda dan keberlangsungan hidup keluarga anda. Setuju?
Adakah kira-kira ‘orang bodoh’ yang menyerahkannya dengan cuma-cuma kepada pihak lain? Hmm. Di dunia materialistis ini, kecil sekali kemungkinannya.
Tapi saya beruntung pernah kenal dengan orang yang melakukannya.
Really? Menyerahkan 5 hektar tanah di Jakarta secara cuma-cuma?! He must be crazy. Konslet otaknya.!
Tidak, dia tidak gila dan melakukannya dengan penuh kesadaran di depan Notaris. Meski sang notaris dengan penuh kebingungan sempat bertanya akan kesehatan mentalnya sebelum si empunya tanah menandatangani ikrarnya untuk melepas hak kepemilikannya terhadap sebidang tanah seluas 5 hektar di Jakarta.
Dan ‘orang bodoh’ itu, K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, wakif Pesantren Darunnajah, menjawab dengan tegas bahwa memang itulah keputusan yang sejak lama ia inginkan. Ia ingin mewakafkan tanah bangunan, beserta seluruh isinya yang ada di bilangan Ulujami Jakarta Selatan seluas 5 hektar, supaya anak cucunya kelak sepeninggalnya, tidak bertengkar memperebutkan harta benda yang ia tinggalkan. Harta benda yang ia berikan secara cuma-cuma itu akan ia bawa ke akhirat sebagai ‘investasi’.
What the…?? Apa sebenarnya yang dilakukan orang itu? Pola investasi macam apa yang ia terapkan? Penjelasan apa yang bisa menerangkan perbuatannya? Oh, Kiyosaki, please help me.
Dalam buku best sellernya, Rich Dad Poor Dad, Robert T Kiyosaki membagi ada 4 kuadrant manusia dalam hal menghasilkan penghasilan.
Kuadrant kiri adalah mereka yang bekerja untuk menghasilkan uang. Sedang mereka yang ada di kuadrant kanan adalah mereka yang telah berhasil membuat uang bekerja sendiri untuk mereka. Work smartly. Investor adalah puncak dari definisi Rich.
Tapi, Kiyosaki tidak pernah menyentuh golongan kelima, golongan yang saya menyebutnya dengan ‘Investor Akhirat’. Investor yang tidak hanya menghasilkan sesuatu yang bernilai materi di dunia, tapi juga immaterial reward someday. Pahala, jaza, istilah orang berjenggot.
Terbukti memang, tindakan melepas hak kepemilikan tadi, atau dalam istilah agama Islam, mewakafkan, menggerakkan sesuatu yang dalam istilah orang beradab ‘law of attraction’. Jika anda memberi, sebenarnya anda tidak kehilangan apapun. Justru tindakan memberi akan menarik hal-hal lain menuju diri anda. Istilah Ustadz Yusuf Manshur; kalo ente mo kaya, perbanyak Sodaqoh ya akhi.
Keikhlasannya melepas hak kepemilikannya menggugah dan menginspirasi banyak pihak. Ya. Inspirasi. Kualitas yang paling dibutuhkan oleh seorang pemimpin, tetapi ironisnya- menurut survey di USA, paling susah ditemukan. To inspire sehingga bisa menggerakkan akal fikiran dan tindakan.
Saya pribadi menyaksikan langsung bagaimana keikhlasan dan kesungguhan hati beliau dalam mewakafkan hartanya dan melepas hak kepemilikannya.
Contoh kecilnya, suatu hari, beliau complain ke bagian keuangan Pesantren Darunnajah karena mendapati tagihan listriknya telah dibayarkan oleh bagian keuangan Pondok. Jangan pernah sekali-kali membayarkan tagihan listrik pribadi saya dengan uang pondok, pintanya. Subhanallah. Beliau tidak rela tagihan listriknya yang tidak lebih dari ratusan ribu rupiah dibayarkan oleh, Pesantren yang telah dibangun dari harta bendanya.
Walhasil. Donasi, bantuan tenaga, fikiran, finansial atau yang lebih penting yaitu apa yang diharapkan oleh wakif- do’a- seakan mengalir deras tak berhenti mensupport perkembangan Pesantren Darunnajah. Subhanallah.
Ada tiga amalan yang tidak akan terputus ketika seseorang meninggal dunia; ilmu yang bermanfaat, sodaqoh yang mengalir dan anak sholeh yang senantiasa mendo’akan.
Ketiga amalan itulah yang ditargetkan oleh wakif tadi, KH.Abdul Manaf Mukhayyar sebagai investasi akhirat. Investasi yang tidak akan berhenti selama Darunnajah masih memberi manfaat dan inspirasi untuk masyarakat.
Semoga keihlasan beliau tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus dan investasi yang beliau tanam akan terus berbuah.
Selamat ulang tahun yang ke-35 tahun Darunnajah.
Al-fatihah lahuma.
KH.Abdul Manaf Mukhayyar dan Hj.Soraya
Thursday, November 20, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment