Friday, August 31, 2007

Pengelolaan Sampah Terpadu di Pesantren

Sampah merupakan produk harian dari seseorang dan merupakan bagian dari hidup kita sehari hari yang tidak bisa kita hindari. Permasalahan pengorganisasian sampah merupakan sebuah permasalahan yang kompleks yang menuntut penyelesaian dengan pengorganisasian yang rapi dan terpadu.

Pesantren yang merupakan basis pendidikan bagi masyarakat berdasarkan prinsip Islam harus menjadi pioneer bagi masyarakat bagaimana mengelola sampah sebagai bagian dari “Annadzofatu minal Iman”. Alih alih menyerah kepada keberadaan sampah yang kian menumpuk, kita bisa menggunakan sampah sebagai sarana pendidikan pengelolaan lingkungan hidup bagi santri dan masyarakat.

Salah satu metode penyelesaian sederhana yang bisa diterapkan tanpa banyak biaya adalah Integrated Waste Management (IWM) atau Pengelolaan Sampah Terpadu (PST). Selain hemat biaya, kunci keberhasilan dari pengelolaan sampah terpadu hanyalah kesadaran dan keterlibatan dari semua pihak. Mulai dari santri, ustadz, keluarga dan karyawan.

Sebagai gambaran, Pengelolaan Sampah Terpadu (PST) adalah pengelolaan sampah sederhana dengan pendekatan ‘bottom up’yang menjadikan masyarakat sebagai kunci keberhasilan. Ada 3 kelompok kegiatan dalam pengelolaan sampah ini:

A. Kampanye Lingkungan Hidup dan persampahan
PST dimulai dengan mengkampanyekan pengenalan jenis sampah, istilah dalam persampahan dan memberi contoh penerapan prinsip prinsip penting dalam pengelolaan sampah seperti prinsip 4R (Reduce, reuse, recycle and replant) sebagai pedoman sehari hari. Kampanye bisa dilakukan dengan mengadakan workshop lingkungan hidup, bulan kebersihan, tahun lingkungan hidup ataupun penyebaran leaflet-poster lingkungan hidup. Instruktur-instuktur didatangkan dari lembaga lembaga lingkungan hidup sedang sebagai lembaga penggerak di tingkat santri bisa ditunjuk SAPALA (Santri Pencinta Alam) ataupun dibentuk tim atau lembaga khusus untuk menangani sampah.

B. Pemilahan sampah
Tidak hanya mengandalkan pendekatan ‘bottom up’ pendekatan ‘top down’ juga harus diterapkan. PST harus didukung dengan kebijakan pengelola (Pimpinan pesantren). Salah satu fungsi pengelola pesantren adalah untuk membentuk system pemilahan sampah (organic-non organic). Disetiap titik pembuangan sampah harus tersedia fasilitas tempat pembuangan bagi kedua jenis sampah ini. Hal ini juga harus dibarengi oleh kampanye pentingnya pemilahan sampah organic dan non organic ini yang bisa disertakan disetiap titik pembuangan sampah.

C. Pendirian Pusat Daur Ulang dan Komposing
Berbarengan dengan itu, pengelola pesantren diharapkan menyediakan dan membangun Pusat Daur Ulang dan Pusat Kompositing. Pusat Daur Ulang (PDU) inilah yang menjadi pos akhir sampah sebelum diolah menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis. PDU ini pula yang menjadi pusat kreativitas dalam system PST. Kertas daur ulang, piring anyaman, kartu ucapan, kota k hias adalah contoh sebagian hasil daur ulang dari sampah-sampah non organik. Sedang pusat Komposing menghasilkan kompos tradisional yang terdapat lebih dari 20-an jenis kompos sebagai hasil pengelolaan sampah organik.

Beberapa alasan perlunya metode daur ulang ini adalah:

Keterbatasan lahan untuk dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. TPA juga mempunyai keterbatasan antara lain lamanya waktu untuk mampu menampung.
Pembakaran sampah bukan jalan keluar karena akan manambah polusi udara. Pembakaran akan mengeluarkan gas pada hujan asam (acid rain) racun logam berat (toxic heavy metal) dan dioxins.
Kalau dijadikan kebiasaan, daur ulang dapat dilakukan dengan cepat.
Mempunyai nilai ekonomis disbanding dengan pengadaan incinerator (mesin pembakan sampah. Bahkan dengan kreativitas yang tinggi, daur-ulang dapat menjadi bisnis yang bagus.
Menghemat sumber daya alam.
Menghemat energi yang dibutuhkan untuk memproduksi barang sama sekali.
Membantu penyelamatan hutan tropis dan penggundulan hutan. Kertas daur ulang akan mengurangi penebangan pohon untuk bahan dasar bubur kertas (pulp).

Sebagai kesimpulan, metode pengelolaan sampah terpadu (PST) yang berbasis masyarakat dan mencakup metode daur ulang (recycle) dan Kompositing sampah organik bukan hanya mungkin dilaksanakan di pesantren, tetapi mungkin menjadi solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah sampah sekaligus menjadikan sarana pendidikan lingkungan hidup dan kreativitas bagi santri dan masyarakat.


Dirangkum oleh Hadiyanto Arief dari buku: Small Steps Towards a Big Leap, langkah kecil untuk lompatan besar; panduan untuk pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, sekolah dan pramuka. UNESCO, 2004

No comments: